senjata mematikan yang digunakan amerika untuk menyerang libya
Rudal Jelajah Tomahawk
rudal tomehawk amerika
Negara-negara dengan kekuatan militer yang kuat biasanya memiliki rudal jarak jauh dengan jangkauan ratusan hingga ribuan kilometer. Rudal jarak jauh terbagi menjadi 2 jenis, yaitu rudal balistik (ballistic missle) dan rudal jelajah (cruise missile). perbedaan mendasar dari kedua rudal tersebut ada pada proses deployment-nya dan tentu saja spesifikasi mesin dan sistem pemandu-nya pun berbeda. rudal balistik biasanya bermesin roket baik bahan bakar padat maupun cair, diarahkan sebelum di tembakan dan meluncur jauh diatas langit bahkan tidak jarang sampai menembus atmosfer bumi. dari lengkungan arah tersebut didapat lah sasaran yang diinginkan, semakin jauh jarak target biasanya semakin tinggi rudal tersebut meluncur, cara kerjanya kurang lebih seperti mortir. sedangkan rudal jelajah biasanya memiliki sistem pemandu lebih canggih karena dapat menyesuaikan (berubah) arah ketika ia terbang, menggunakan mesin yang lebih efisien seperti jet (turbojet, turbofan maupun ramjet) serta mampu terbang sangat rendah untuk menghindari deteksi radar.
Peluncuran Rudal Tomahawk
Peluncuran Rudal Tomahawk
Tomahawk adalah sebuah rudal (peluru kendali) jelajah atau dalam istilah internasional dikenal sebagai Cruise missile buatan Amerika Serikat yang dipakai oleh angkatan lautnya (US Navy). saya pribadi pertama kali “mengenal” rudal ini ketika melihat berita di televisi tentang peluncuran rudal ini dalam perang (invasi) di Irak tahun 2003. rudal ini memiliki sistem pemandu yang canggih dan akurat dengan sistem GPS dan TERCOM (terrain contour matching) agar dapat terbang rendah menyusuri kontur bumi, oleh karenanya tidak jarang rudal ini terbang hanya di ketinggian beberapa puluh meter saja.
Rudal ini pertama kali diproduksi pada era 70an oleh pabrik General Dynamics, tentu saja waktu itu Tomahawk belum secanggih sekarang, baik dari segi mesin pendorong, hulu ledak maupun sistem pemandu-nya. awalnya rudal ini dibuat untuk dapat diluncurkan dari kapal selam. seiring berkembangnya teknologi Tomahawk pun turut mendapat polesan sana sini terutama dari sisi teknologi navigasi dan mesin. sekarang rudal ini diproduksi oleh Raytheon dan beberapa buah lainnya diproduksi oleh McDonell Douglas.
Sekarang Tomahawk tidak hanya bisa diluncurkan dari kapal selam , tetapi bisa juga diluncurkan dari moda lain seperti kapal laut, peluncur darat bahkan dari pesawat terbang. Operator utama rudal ini adalah Angkatan Laut Amerika serikat, tetapi selain itu juga digunakan oleh angkatan laut Inggris dan Spanyol.
Untuk urusan hulu ledak, rudal ini bisa dipasangi bermacam2 hulu ledak, baik konvensional, TNT maupun nuklir. berat dan ukuran hulu ledak pun bervariasi, tergantung tipe rudal dan kebutuhannya.
Yang unik dari rudal jelajah adalah karakteristiknya mirip dengan pesawat terbang mini, karena memiliki sayap utama selain sirip yang memang selalu ada di ekor setiap rudal. selain itu mesin yang digunakan pun berupa turbofan yang juga biasa ditemui pada pesawat jet, berbeda dengan rudal2 lainnya yang menggunakan roket pendorong. maka dari itu biasanya rudal jelajah disebut flying bomb. Tomahawk sendiri menggunakan mesin turbofan keluaran Willams (bagi penggemar F1 pasti tidak asing dengan pabrikan ini) dan booster tambahan berupa roket berbahan bakar padat.
Angkatan laut Amerika telah menggunakan rudal ini dalam berbagai peperangan “nyata”, wajar kalau rudal ini mendapat gelar battle proven, pengalamannya sudah cukup banyak, dari mulai perang teluk di awal 90-an hingga perang Irak di medio 2000-an. dengan peralatan navigasi yang canggih, akurasi rudal ini tidak perlu diragukan, makanya AL AS tetap setia memakainya walaupun harga per unitnya tidak murah, sekitar 1-1.5 juta Dollar AS.
Bom Cluster
bom cluster amerika
Amnesti Internasional mengatakan bahwa AS menggunakan bom cluster dalam serangan misil di Yaman yang membunuh sekitar 55 orang dan kebanyakan dari mereka adalah warga sipil.
Serangan, menurut organisasi tersebut menargetkan Al-Majaala di provinsi Abyan disaat AS menekan dengan keras untuk proyek "pemberantasan militan" di negeri tersebut.
"Amnesti internasional tengah bersungguh-sungguh memperhatikan cluster bom yang digunakan di Yaman," ujar Mike Lewis, peneliti senjata dalam Amnesti Internasional, seperti yang dilansir AFP.
Organisasi ini mengutip statemen parlemen Yaman yang melaporkan bahwa serangan yang dilakukan pada Februari silam menewaskan 41 penduduk lokal, termasuk 14 perempuan dan 21 anak-anak dan 14 orang "militan".
Lewis mengatakan "penggunaan bom jenis ini memiliki efek buruk bagi kehidupan hingga beberapa tahun mendatang."
"Fakta bahwa kebanyakan yang menjadi korban serangan adalah anak-anak dan perempuan mengindikasikan bahwa serangan sangat tidak bertanggungjawab, ditambah dengan penggunaan bom cluster," lanjutnya.
Namun Amnesti Internasional tidak menyatakan sikapnya secara pasti atas peristiwa ini.
Tidak ada komentar